Rabu, 28 Maret 2012

Rekonstruksi Sistem dan Pemikiran Pendidikan Islam


Mendesain model pendidikan Islam
di Indonesia

A.  Pendahuluan

Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung didefinisikan sebagai: “ suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan akherat.
Prinsip pendidikan Islam adalah pendidikan yang universal. Prinsip ini maksudnya adalah pandangan yang menyeluruh pada seluruh aspek kehidupan manusia. Agama Islam yang menjadi dasar pendidikan Islam bersifat menyeluruh terhadap wujud, alam ,jagat dan hidup. Ia menekankan pandangan yang menghimpun roh dan badan, antar individu dan masyarakat, antara dunia dan akhirat antara material dan spiritual. Pendidikan yang berprinsip ini bertujuan menumbuhkan ,mengembangkan dan membangun segala aspek kepribadian manusia dan segala potensi dan dayanya.juga mengembangkan segala segi kehidupan dalam masyarakat,seperti sosial budaya, ekonomi politik dan berusaha turut serta menyelesaikan masalah masalah masyarakat masa kini dan bersiap menghadapi tuntutan tuntutan masa depan dan memelihara sejarah dan kebudayaannya[1]
Namun dalam praktiknya pengelolaan pendidikan Islam masih jauh dari harapan dan tujuan sehingga perlu penanganan serius semua pihak
Pendidikan Islam di Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas umat sejatinya bisa ditempuh dengan berbagai cara baik melalui lembaga pendidikan formal maupun non formal. Lembaga pendidikan formal adalah lembaga lembaga pendidikan berupa sekolah/ madrasah, pesantren yang mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah dan bersifat klasikal, sementara  jalur pendidikan non formal bisa berbentuk majlis ta’lim, LSM yang berkecimpung dalam pemberdayaan umat,maupun pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat
1.   Persoalan mikro
Secara khusus pada lembaga pendidikan formal, pendidikan Islam di Indonesia menghadapi berbagai persoalan dan kesenjangan dalam berbagai aspek yang lebih kompleks, yaitu: aspek kelembagaan ,aspek kurikulum dan aspek tenaga pengajar
a.    Aspek kelembagaan
         Penerapan pendidikan Islam untuk mengandalkan pada lembaga lembaga pendidikan negeri sangatlah tidak mungkin karena pembelajaran agama di sekolah negeri sangat minim. Satu satunya harapan yang masih bisa ditempuh adalah pembenahan pada lembaga pendidikan  madrasah, pesantren atau sekolah sekolah Islam semacam lembaga pendidikan Islam terpadu, lembaga pendidikan yang di kelola Muhammadiyah,Ma’arif dan sebagainya.
         Kenyataan di lapangan lembaga pendidikan Islam khususnya madrasah yang notabenenya sebagai institusi pendidikan yang menampung aspirasi sosial budaya agama penduduk muslim Indonesia yang  sudah lama hidup dan secara cultural berakar kuat dalam peta pendidikan di Indonesia, sampai saat ini masih menampakkan sistem yang dikotomik. Pola pembinaan kelembagaan pendidikan yang dilakukan pemerintah melalui Kemendiknas dan Kemenag mengesankan kebijakan pendidikan yang dualistis dan pola ini menyimpan banyak persoalan.Di antara persoalan yang muncul berkenaan dengan hal tersebut bahwa Kemenag tampak kewalahan dalam memberikan pelayanan dan pembinaan madrasah secara maksimal.seperti banyaknya madrasah madrasah yang masih terbengkalai.
Sementara lembaga pendidikan semacam sekolah terpadu baru mulai merangkak dan harapannya berkembang sesuai dengan misi dan visi yang diembannya. Hanya persoalannya sekarang tidak semua anak bisa mengenyam pendidikan di lembaga ini karena biayanya yang terbilang mahal
b.   Aspek kurikulum
 Pendidikan Islam yang diterapkan dan berkembang di Indonesia  khususnya di sekolah  umum yang di kelola pemerintah selama ini kurikulum yang di tetapkan kurang menyentuh nilai nilai religius. Apalagi dengan pembelajaran 1 kali pertemuan dalam seminggu , imbasnya gagal melahirkan manusia soleh sehingga yang ada adalah keringnya nilai nilai Islami yang tercermin dalam sikap mental dan perilaku manusia hasil pendidikan.
Sekolah sekolah kita selama ini hanya menerjemahkan pendidikan sebagai sekedar transfer of knowledge yang dimiliki guru kepada siswa. Model pendidikan yang demikian hanya membebani siswa dengan hafalan hafalan,teori maupun rumus rumus sekedar untuk bisa menjawab soal soal ujian tetapi seringkali tidak sanggup menerjemahkan ke dalam realitas sosial.[2]
Adapun sekolah semacam Madrasah Ibtidaiyah,madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah/ setaraf SD,SLTP,SLTA yang kurikulumnya terdapat pendidikan agama seperti; Akidah Akhlak,Sejarah Kebudayaan Islam, Fikih,Al Qur’an dan Hadis masih bersifat teoritis dan kurang menyentuh  pada nilai amaliyahnya. Hal ini dimungkinkan keterbatasan jam tatap muka dengan peserta didik di sekolah sehingga praktek amaliyahnya dan pola pembiasaan ibadah di sekolah sangat terbatas
Pendidikan agama Islam di dinilai masih terkesan berorientasi pada pengajaran agama yang bersifat kognitif dan hafalan, kurang berorientasi pada aspek pengamalan ajaran agama.
Keberhasilan pendidikan tidak layak jika hanya diukur dari penguasaan pengetahuan peserta didik.Penekanan pendidikan pada hafalan tidak mampu membentuk wawasan.tidak adanya wawasan itu menyebabkan rendahnya mutu pendidikan[3].
Berbicara tentang pendidikan Islam, apabila hanya berkutat pada persoalan fundasional filosofis akan menjadi sangat idealis, karena kegiatan pendidikan sangat peduli terhadap persoalan-persoalan operasional, sehingga konsep pendidikan Islam terlihat hanya kaya konsep tetapi miskin dimensi praktisnya ataupun kebalikannya kaya praktik tetapi lepas dari konsep fundasionalnya
Diantara indikator yang sering dikemukakan, bahwa dalam kehidupan masyarakat, masih dijumpai banyak kasus tindakan masyarakat yang bertentangan dengan ajaran agama dan hasil pendidikan kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga  sentralisasi kurikulum dalam era kini sudah tidak relevan lagi menjadi kebijakan makro kurikulum nasional. Kesempatan pelaksanaan otonomi sekolah dengan kurikulumnya harus diberdayakan sehingga masing masing sekolah/ madrasah memiliki keunggulan spesifik yang relevan dengan kondisi sosial budaya masyarakat yang membutuhkan  
c.    Aspek tenaga pengajar
Secara khusus beberapa persoalan mengenai tenaga pengajar diantaranya: pertama, tidak seimbangnya rasio antara jumlah tenaga pengajar dan jumlah murid. Kedua, banyak tenaga pengajar yang memagang mata pelajaran yang tidak sesuai dengan keahliannya. Ketiga, penguasaan keahlian bidang ilmu pada mata pelajaran yang diajarkan pengajar belum maksimal.Keempat standar kualifikasi tidak merata [4]
Selain persoalan di atas madrasah mempunyai persoalan kualitas manajemen penyelenggaraan pendidikan yang masih rendah dan dukungan sarana serta prasarana pendidikan yang minim.
2.      Persoalan makro
Rendahnya dan lemahnya pendidikan Islam  di Indonesia diantaranya disebabkan oleh beberapa hal
a.       Akar kesejarahan pendidikan Islam di Indonesia
Mengacu pada akar kesejarahannya Tilaar  mengidentifikasikan Pertama, Pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren termasuk lembaga pendidikan yang termajinalkan dari arus modernisasi sehingga cenderung tertutup dan ortodoks. Kedua,karena pernah mengalami sikap diskriminatif dari pemerintah Belanda, pendidika Islam terdorong menjadi milik rakyat pinggiran/ pedesaan dan memiliki konotasi pendidikan kampungan yang berarti keterbelakangan. Ketiga, Isi pendidikan cenderung berorientasi pada praktik praktik ritual yang kurang memperhatikan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.Keempat, mengalami kelemahan manajemen karena sifatnya tertutup dan tidak berorientasi keluar
b.      Kurangnya perhatian pemerintah dalam masalah pendidikan Islam.
Pendidikan agama oleh pemerintah dalam kurikulum nasional hanya diberi jatah 2 jam pelajaran sementara pendidikan Islam yang dikelola oleh masyarakat memuat mata pelajaran Islam, namun kurang mendapat perhatian dari pemerintah
c.       Peta wilayah lembaga pendidikan Islam yang tidak terkoordinasi dengan baik.
Selama ini pengelolaan pendidikan Islam kurang terkoordinasi dan terkesan berjalan sendiri sendiri dan terpotong potong, kurang adanya  pemetaan yang jelas

B.  Pembahasan

Upaya rekonstruksi Pendidikan Islam di Indonesia

1.      Rekonstruksi pendidikan Islam secara mikro
Melihat dari berbagai persoalan yang melingkupi pendidikan Islam di Indonesia perlu kiranya segera merekonstruksinya dari berbagai aspek. Untuk mengembangkan hal tersebut tidaklah mungkin sepenuhnya mengandalkan pemerintah. Di sini peran serta masyarakat sangat dibutuhkan.Masyarakat diharapkan ikut merencanakan, melaksanakan, menjaga dan mengembangkan aktifitas pendidikan termasuk juga pengorganisasian, pengawasan, penganggaran dan evaluasi pendidikan termasuk dalam hal kurikulum.Dengan adanya desentralisasi pendidikan memudahkan masyarakat ikut menentukan arah pendidikan.
a.       Aspek kelembagaan
Ada berbagai konsep dalam peningkatan mutu pendidikan Islam yaitu dengan melibatkan sekolah, masyarakat dan keluarga dengan kata lain pendidikan harus berbasis sekolah, berbasis masyarakat ,berbasis keluarga yang tentunya masing masing perlu dioptimalkan perannya, karena menurut Mahmud sesungguhnya proses pendidikan Islam secara mental spiritual dasar dasar pendidikan diletakkan oleh keluarga, secara akademik konseptual dikembangkan oleh sekolah sehingga perkembangan anak didik makin terarah,dan pendidikan yang dilakukan di keluarga dan sekolah  diamati dan disalurkan oleh masyarakat. Bila hasil pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, anak didik dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pemakai[5]
Dari aspek kelembagaan perlu kiranya dikembangkan pertama, model lembaga pendidikan Islam terpadu. Lembaga pendidikan diharapkan mampu  menyajikan program yang memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, antara pengembangan potensi intelektual (fikriyah), emosional (ruhiyah) dan fisik (jasadiyah), dan antara sekolah, orang tua dan masyarakat sebagai pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap dunia pendidikan. Keterpaduan program pendidikan umum dan keagamaan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif artinya program pendidikan umum dan program pendidikan keagamaan diberikan secara seimbang. Sedang secara kualitatif berarti pendidikan umum diperkaya dengan nilai-nilai agama dan pendidikan agama diperkaya dengan muatan-muatan yang ada dalam pendidikan umum. Nilai-nilai agama harusnya diberikan porsi lebih besar agar bisa memberikan makna dan semangat terhadap program pendidikan. Implemetasinya dalam bentuk lembaga adalah dengan mewujudkan lembaga pendidikan Islam unggulan secara terpadu dalam bentuk Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Sekolah Menengah Islam Terpadu (SMPIT), Sekolah Menengah Umum Terpadu (SMUIT), dan Perguruan Tinggi Islam Terpadu.
 Kedua, melakukan pembaharuan pendidikan di pesantren dan madrasah. Pesantren maupun madrasah diharapkan mampu  menjawab kebutuhan masyarakat, menjawab tantangan zaman, namun tetap mempunyai komitmen menciptakan ruangan yang kondusif bagi penghayatan dan pengamalan pendidikan akidah dan akhlak
b.   Aspek kurikulum
Satu-satunya cara yang harus dilakukan untuk keluar dari krisis ini adalah mengembalikan proses pendidikan kepada konsepsi pendidikan Islam yang benar. Secara paradigmatis, aqidah Islam harus dijadikan sebagai penentu arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan serta proses belajar mengajar
Bila dikaitkan dengan tujuan pendidikan Islam, pendidikan agama hendaknya mampu mengantarkan peserta didik kepada terbina setidaknya tiga aspek.Pertama, aspek keimanan mencakup seluruh arkanul Iman.Kedua,aspek Ibadah, mencakup seluruh aspek arkanul Islam. Ketiga,aspek akhlak mencakup seluruh akhlakul karimah[6]
Untuk membentuk dan mengarahkan peserta didik pada moralitas baik atau berperilaku baik dan sikap religiusitas yang baik diperlukan kondisi dan situasi yang benar-benar berada dalam keadaan selaras, tenang, tentram, tanpa perselisihan,  damai satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima, dalam suasana tenang dan sepakat.
Menurut Dr. Yusuf Qardawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya (Azyumardi Azra, 2000: 5)
Untuk mewujudkan suasana pendidikan yang kondusif,sistem pendidikan harus dibangun kembali yaitu sistem pendidikan untuk membentuk manusia seutuhnya yang harus diarahkan pada dua dimensi:dimensi dialektikal horisontal dan dimensi ketundukan vertikal [7]
c.    Aspek tenaga pengajar
             Persoalan  persoalan tenaga pengajar secara bertahap harus segera diselesaikan. Penambahan jumlah tenaga pengajar yang memiliki standar kualifikasi relevan harus segera dilakukan. Peningkatan kualitas pengajar melalui program taining in service, program tugas belajar,atau yang lainnya harus intensif dilakukan sehingga mutu pembelajaran madrasah lambat laun dapat ditingkatkan.
Sementara persoalan manajemen penyelenggaraan pendidikan yang masih rendah dan dukungan sarana serta prasarana pendidikan yang minim, perlu dilakukan School based manajement


2.    Rekonstruksi pendidikan Islam secara makro  
Ketika lembaga pendidikan formal di bawah naungan pemerintah kurang bisa  diandalkan untuk mencetak generasi yang Islami maka umat Islam perlu mengambil langkah langkah strategis dengan memberdayakan pendidikan yang sudah berkembang untuk bergerak maju menuju perubahan
Langkah yang dirasa paling tepat untuk melakukan pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia adalah perlu dibentuk Islamic Education Centre yang didalamnya mempunyai visi dan misi untuk memajukan pendidikan Islam di Indonesia yang  secara managerial ditangani oleh orang orang yang memang berkompeten dan berdedikasi tinggi dalam pendidikan Islam. Lembaga ini bertugas merencanakan, mengkoordinasi, mengorganisasi, mengawasi, menganggarkan dan mengevaluasi. lembaga lembaga pendidikan Islam, ormas- ormas  Islam, LSM yang berkecimpung menangani masalah keIslaman yang dikelola secara terpadu, karena usaha pembaharuan yang selama ini dilakukan masih bersifat sepotong sepotong sehingga sering berhenti di tengah jalan.
Pusat Pendidikan  Islam (Islamic Education  centre) ini mengelola lembaga lembaga pendidikan Islam di Indonesia baik pendidikan formal maupun non formal, meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya sebagai pengelola lembaga pendidikan, mengkoordinir majlis majlis ta’lim yang sudah berkembang di Indonesia.Untuk itu perlu adanya pemetaan wilayah binaan di mana   pengelola pusat mengetahui kondisi wilayah binaan masing masing dan mempunyai program terpadu yang berkesinambungan sehingga peta wilayah pendidikan Islam dapat dipetakan dengan jelas


C.  Penutup / Kesimpulan


  1. Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung didefinisikan sebagai: “ suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan akherat.
  2. Pendidikan Islam di Indonesia menghadapi berbagai persoalan dalam pengembangannya yang disebabkan beberapa aspek,berupa persoalan mikro dan makro.Dalam persoalan mikro, pengembangan pendidikan Islam mengalami kendala dalam beberapa aspek berupa aspek kelembagaan, aspek kurikulum, aspek tenaga pengajar.untuk persoalan makro kendala yang muncul berupa akar kesejarahan pendidikan Islam di Indonesia yang termarjinalkan,kurangnya perhatian pemerintah dalam masalah pendidikan Islam dan peta wilayah lembaga pendidikan Islam yang tidak terkoordinasi dengan baik.
  3. Upaya rekonstruksi yang dapat dilakukan secara micro adalah membenahi kelembagaan, kurikulum, dan tenaga pengajarnya. Secara makro adalah dengan membentuk Islamic Education Centre yang fungsinya mengelola lembaga lembaga pendidikan Islam di Indonesia baik pendidikan formal maupun non formal, meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya sebagai pengelola lembaga pendidikan, mengkoordinir majlis majlis ta’lim yang sudah berkembang di Indonesia.Untuk itu perlu adanya pemetaan wilayah binaan di mana   pengelola pusat mengetahui kondisi wilayah binaan masing masing dan mempunyai program terpadu yang berkesinambungan sehingga peta wilayah pendidikan Islam dapat dipetakan dengan jelas


Daftar Pustaka

        Husni Rahim. 2001, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Mahmud,Pemikiran Pendidikan Islam Bandung:pustaka Setia
Putra Daulay, 2004 ,Pendidikan Islam,  Jakarta :kencana
Qomar, Mujamil,2005Epistimologi Pendidikan Islam dari Metodologi Rasional hingga Metode Kritik  Jakarta: Erlangga

Ramayulis ,2008,Ilmu Pendidikan Islam ,Jakarta: Kalam Mulia
Saefuddin,A.M,1991, Pendidikan untuk Masa Depan: Kebutuhan kualitas Untuk Sumber Daya Islami,Bandung: Mizan


[1] Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,2008)hal.35

[2] Ibid,hal.IX
[3] Qomar, Mujamil,Epistimologi Pendidikan Islam dari Metodologi Rasional hingga Metode Kritik (Jakarta: Erlangga,2005), hal.231

[4] Husni Rahim.Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,2001), hal.121-122
[5] Mahmud,Pemikiran Pendidikan Islam Bandung:pustaka Setia hal. 187
[6] Putra Daulay,Pendidikan Islam,( Jakarta :kencana , ,2004)
[7] Saefuddin,A.M,Pendidikan untuk Masa Depan: Kebutuhan kualitas Untuk Sumber Daya Islami,(Bandung: Mizan,1991),hal 126

Tidak ada komentar:

Posting Komentar